Sabtu, 17 April 2010

Komputasi Parallel dengan PHP

Tulisan ini adalah uraian tentang sebuah konsep. Belum ada pembuktian. Pada beberapa tulisan lain yang berkaitan dengan PHP biasanya saya menyertakan kode program, kali ini untuk sementara tidak ada. Mudah-mudahan ada kesempatan untuk mencobanya dengan program yang bisa berjalan dan berguna tentu saja.
Bagi yang pernah mempelajari dan membuat program dengan model parallel, kemungkinan besar pernah menggunakan PVM (Parallel Virtual Machine) atau MPI (Message Passing Interface). Dua software/library tersebut cukup luas digunakan dalam komputasi parallel, dan memang didesain untuk keperluan komputasi parallel. Sedangkan PHP, yang sangat terkenal dalam dunia aplikasi web, apakah mungkin dimanfaatkan untuk model komputasi seperti itu? Gagasan ini tampaknya bisa.
Mari kita lihat sebuah diagram sederhana berikut ini


Komputasi parallel yang akan dilakukan menggunakan model master-slave. Ada satu buah komputer yang bertindak sebagai master, yang akan membagi pekerjaan pada sejumlah komputer slave. Setelah pekerjaan dibagi, komputer slave memprosesnya, lalu hasilnya dikembalikan pada komputer master.
Masing-masing komputer tersebut diinstal dengan PHP, beserta webserver, misalnya Apache. Library cURL untuk PHP juga diperlukan untuk proses pengiriman data antar komputer. Untuk cara yang sederhana, pada komputer master kita buat sebuah program PHP yang tugasnya adalah :
  • menerima upload data (dari user) yang akan diproses secara parallel
  • setelah data diterima, data tersebut dibagi ke sejumlah komputer slave
  • menerima data yang sudah dikerjakan oleh komputer slave
Sedangkan pada komputer slave dibuat program PHP yang tugasnya :
  • menerima data dari komputer master
  • melakukan pengolahan data yang diterima dari master
  • mengirim data yang sudah diproses ke komputer master
Dengan cara di atas, kita perlu membuat kode program PHP yang berguna untuk memproses data, lalu memasangnya pada semua komputer slave. Tentu hal ini agak merepotkan juga, jika ada proses kalkulasi baru, perlu memasang lagi ke semua komputer slave. Bagaimana kalau dibuat sebuah framework untuk keperluan ini. Aha, kalau ada kata framework ini tampaknya para penggemar PHP agak meningkat.


Daripada setiap kali ada sebuah proses kalkulasi yang baru harus memasang programnya ke komputer slave, tampaknya bisa dengan melakukan upload satu kali ke komputer master. Kode program yang diperlukan untuk memproses data diupload ke komputer master, kemudian komputer master yang akan mengirim kode program tersebut ke semua komputer slave untuk dieksekusi bersama dengan data yang juga diberikan oleh komputer master.

Dengan membuat sebuah framework yang sederhana seperti di atas, maka kita cukup instal sekali framework ini untuk master dan semua slave. Lalu sistem ini sudah siap menerima program untuk melakukan proses kalkulasi data secara parallel.
Dalam konsep ini, semua komputer ada dalam sebuah LAN, dan masih dalam bentuk sangat sederhana. Belum mempertimbangkan masalah kecepatan, skalabilitas, reliabilitas, keamanan, atau hal "rumit" lainnya. Yang penting dengan PHP bisa melakukan komputasi parallel.

sumber : http://daunsalam.net/artikel/parallelphp.htm

Aplikasi Nanoteknologi Untuk Penghematan Energi

Salah satu permasalahan energi nasional yang menjadi fokus perhatian pemerintah adalah masih tingginya tingkat intensitas energi (energy intensity) nasional. Tingkat intensitas energi, yang dihitung dengan membagi volume penggunaan energi nasinoal (Ton Oil Equivalent) dengan nilai Produk Domestik Bruto (juta USD), merupakan salah satu indeks makro yang menyatakan seberapa efisien pemanfaatan energi di suatu negara untuk menghasilkan nilai tambah ekonominya. Berdasarkan studi JICA nilai indeks intensitas energi nasional, sejak tahun 2000 sampai dengan 2005, berkisar antara 631 738 ToE/Mill-USD [JICA, 2007].
Nilai ini dinilai tinggi jika dibandingkan dengan, misalnya Jepang: 115, Singapore: 240, Malaysia: 456, Inggris: 110, Jerman: 127 dan Amerika Serikat: 199 [IEEJ, 2007]. Adanya selisih yang cukup siginifikan ini menunjukkan bahwa penggunaan energi di Indonesia masih boros. Bahkan dibandingkan dengan negeri tetangga kita, Malaysia, nilai intensitas energi kita masih 30% lebih tinggi.  

Tingginya intensitas energi nasional terkait dengan pemanfaatan energi yang belum efisien. Hal ini dapat dengan mudah kita temukan dalam kehidupan sehari-hari. Di pusat-pusat peberlanjaan atau di gedung-gedung perkantoran, misalnya, dapat dengan mudah kita lihat penggunaan pencahayaan yang berlebihan, atau pengaturan suhu ruangan yang terlalu dingin, atau pemborosan dengan menyalakan listrik peralatan yang tidak digunakan. Di sektor transportasi, kemacetan di jalanan menjadi sumber pemborosan bahan bakar yang luar biasa, terlalu banyaknya jumlah angkutan umum dibandingkan dengan penumpang yang diangkut (akibatnya banyak angkot yang hilir mudik dengan hanya 1-2 penumpang di dalamnya, atau seringkali “ngetem” hanya untuk mencari penumpang).  

Pemborosan energi, khususnya di Indonesia, memang lebih banyak disebabkan karena pola penggunaan yang belum efisien atau lebih terkait dengan budaya dan gaya hidup masyarakat. Namun sebenarnya banyak sekali teknologi yang dapat diterapkan untuk mengubah atau meminimalisir gaya hidup yang boros energi, sebagaimana terjadi di Indonesia. Dan rekayasa material melalui nanoteknologi menjadi sangat penting di sini.

Salah satu permasalahan energi nasional yang menjadi fokus perhatian pemerintah adalah masih tingginya tingkat intensitas energi (energy intensity) nasional. Tingkat intensitas energi, yang dihitung dengan membagi volume penggunaan energi nasinoal (Ton Oil Equivalent) dengan nilai Produk Domestik Bruto (juta USD), merupakan salah satu indeks makro yang menyatakan seberapa efisien pemanfaatan energi di suatu negara untuk menghasilkan nilai tambah ekonominya. Berdasarkan studi JICA nilai indeks intensitas energi nasional, sejak tahun 2000 sampai dengan 2005, berkisar antara 631 738 ToE/Mill-USD [JICA, 2007]. Nilai ini dinilai tinggi jika dibandingkan dengan, misalnya Jepang: 115, Singapore: 240, Malaysia: 456, Inggris: 110, Jerman: 127 dan Amerika Serikat: 199 [IEEJ, 2007]. Adanya selisih yang cukup siginifikan ini menunjukkan bahwa penggunaan energi di Indonesia masih boros. Bahkan dibandingkan dengan negeri tetangga kita, Malaysia, nilai intensitas energi kita masih 30% lebih tinggi.  

Tingginya intensitas energi nasional terkait dengan pemanfaatan energi yang belum efisien. Hal ini dapat dengan mudah kita temukan dalam kehidupan sehari-hari. Di pusat-pusat peberlanjaan atau di gedung-gedung perkantoran, misalnya, dapat dengan mudah kita lihat penggunaan pencahayaan yang berlebihan, atau pengaturan suhu ruangan yang terlalu dingin, atau pemborosan dengan menyalakan listrik peralatan yang tidak digunakan. Di sektor transportasi, kemacetan di jalanan menjadi sumber pemborosan bahan bakar yang luar biasa, terlalu banyaknya jumlah angkutan umum dibandingkan dengan penumpang yang diangkut (akibatnya banyak angkot yang hilir mudik dengan hanya 1-2 penumpang di dalamnya, atau seringkali “ngetem” hanya untuk mencari penumpang).  

Pemborosan energi, khususnya di Indonesia, memang lebih banyak disebabkan karena pola penggunaan yang belum efisien atau lebih terkait dengan budaya dan gaya hidup masyarakat. Namun sebenarnya banyak sekali teknologi yang dapat diterapkan untuk mengubah atau meminimalisir gaya hidup yang boros energi, sebagaimana terjadi di Indonesia. Dan rekayasa material melalui nanoteknologi menjadi sangat penting di sini.

Keunggulan
1. Rekayasa material dengan nanoteknologi melahirkan material-material baru yang bermanfaat untuk meningkatkan efisiensi pemakaian energi.

2. Pengembangan teknologi nano di sektor energi menjadi salah satu kunci untuk pemanfaatan energi yang efisien dan sekaligus menjadi sumber pertumbuhan dan pengembangan industri nasional.

Potensi Aplikasi
Material nano tersebut dapat diaplikasikan di segala sektor, mulai dari sektor industri, bangunan maupun transportasi.

sumber : http://nano.or.id/index.php?option=com_content&task=view&id=108&Itemid=33

Masa Depan Nano teknologi

Dengan pengembangan anoscopic machines, yang d sebut assemblers, ilmuwan dapat memprogram dan memanipulasi atom sesuai dengan yg di inginkan. Sebuah single nanoscopic machine membutuhkan jutaan tahun untuk merakit material yg berguna. Agar lebih cepat d perlukan jutaan nanoscopic machine(assemblers). Hal ini bisa d lakukan apabila assemblers bisa men-duplikat dirinya sendiri (membentuk duplicators). Setelah terbentuk milyaran assemblers, maka kita siap untuk membuat suatu obyek.




Milyaran assemblers dan duplicators hanya bisa membuat obyek kurang dari 1 cm kubic , tapi dengan makin banyaknya assemplers dan duplicators, kita bisa membentuk benda yg lebih besar dengan kemampuan yg special.


Bahkan, kita bisa menduplikat berlian, makanan dan air.

Dalam medis, pasien kanker hanya minum cairan yg berisi nanorobot. Nanorobot akan menyerang dan mengubah susunan sel kanker.bahkan virus.

Bagi wanita, nanorobots dapat menjadi anti aging (pencegah penuaan). Dan nanorobot juga dapat membantu dalam operasi pembedahan, karena memiliki ukuran yg sangat kecil dan tajam untuk melakukan pembedahan.

Bahkan ilmuan dapat memanfaatkan airborne nanorobots (nanorobot udara) untuk mempertebal lapisan ozone.

Nanorobot juga dapat menjernihkan air dan otomatis mengurangi polusi. Yang lebih ekstrim lagi, kita dapat menciptakan nanoparticle yg seperti minyak bumi, dan kita tidak perlu lagi menambang PERTAMAX (minyak bumi) 


Bahaya nano teknologi dalam dunia medis:
karena ukurannya yg super duper kecil, d khawatirkan partikel nano ini dengan mudah menembus lapisan antar Otak (the blood-brain barrier), membran yang menjaga otak dari bahan kimia berbahaya dalam aliran darah.Jadi sebelum kita menggunakan nano teknologi dengan particle yg sangaaaaaaaattt kecil, kita harus yakin bahwa partikel tersebut tidak akan meracuni kita.
 


sumber : http://main.man3malang.com/index.php?name=News&file=article&sid=2368
 

Hasil nano teknologi yg sudah ada di pasaran

 Pada saat ini, ilmuan telah menemukan 2 macam struktur nano. 

1. nano wires (kawat yg diameternya seukuran 1 nm)>>d gunakan untuk membuat transistor super kecil pada chips komputer.

2. carbon nanotubes (silinder atom carbon dalam ukuran nano)., d mana sekarang lebih populer penggunaanya d banding nano wires.

lembaran atom carbon d gambarkan berbentuk heksagonal. Jika kita menggulungnya, maka akan menjadi tabung carbon nano (carbon nanotubes). Carbon nanotubes ini memiliki kekuatan yg berbeda2, tergantung pola menggulungnya.

Dengan penyusunan atom carbon yg tepat, kita bisa menciptakan carbon nanotubes yang kekuatannya beratus2 kali lebih kuat dari baja, akan tetapi 6 kali lebih ringan.  Hal ini bisa d manfaatkan untuk pembuatan mobil maupun pesawat. Dari safety semakin meningkat, dan semakin ringan beban, maka PERTAMAX yg d gunakan juga makin IRIT

1. Sunscreen (tabir surya)
kaca mata ini mengandung nanoparticles (partikel nano) of zinc oxide atau titanium oxide. Semakin besar partikel nano dari zinc oxide, maka akan meninggalkan bekas putih d wajah. Akan tetapi dengan ukuran partikel yg kecil tidak akan meninggalkan bekas keputihan.

2. Self-cleaning glass (kaca yg bisa membersihkan sendiri)
dengan nano partikel yg memberikan efek photocatalytic and hydrophilic pada kaca tersebut. Photocatalytic=ketika sinar UV menyinari kaca, sinar ini akan memberikan energi bagi nanopartikel untuk break down (melunturkan) molekul organik pada kaca (kotoran). hydrophilic= ketika air mengenai kaca, maka nanopartikel menyebarkan air d seluruh kaca, sehingga otomatis membersihkan kaca tersebut.

3. Scratch-resistant coatings (lapisan anti gores).
dengan penambahan aluminum silicate nanoparticles, maka menjadikan mobil maupun kaca mata menjadi anti gores.

4. Antimicrobial bandages (perban anti bakteri)
perban yang menggunakan nanoparticles of silver. ion perak (Silver) menahan pernafasan sel microba, yg memungkinkan luka cepat sembuh.

5. Tahun 2002, Babolat company, perusahaan pembuat raket tenis, menggunakan nano particle yg mengakibatkan raket ringan tapi lebih kuat dari baja.  Perusahaan pembuat bola tenis juga menggunakan nano particle sebagai lapisan untuk mencegah udara keluar dari bola. JAdi bola tenis lebih tahan lama, ga gampang kempes


sumber : http://main.man3malang.com/index.php?name=News&file=article&sid=2368

Komputer Mini yang Ramah Lingkungan

Bagi mereka yang menginginkan komputer (desktop) mini yang ramah lingkungan, kini bisa bergembira. Pasalnya, VeryPC, vendor asal Inggris, mengumumkan akan meluncurkan produk komputer ramah lingkungan terbaru yang diberi nama Broadleaf. Produk ini diklaim ramah lingkungan karena terbuat dari alumunium yang mudah didaur ulang. Di samping itu Broadleaf juga tidak menggunakan kabel PVC dan senyawa halogen yang dianggap tidak ramah ramah lingkungan.

Hadir dalam bentuk mini, rencananya komputer ini hadir dalam tiga model yang diperkuat dengan prosessor Intel. Model pertama memiliki spesifikasi 2.6GHz dual-core Pentium E5300 dengan memori sebesar 2 GB. Harga yang ditawarkan sebesar 449 pound.

Model kedua adalah model menengah mempunyai spesifikasi 3GHz Core 2 Duo E8400 dengan memori 3 GB seharga 549 pound. Sedangkan model terakhir diperuntukan untuk kalangan atas dengan spesifikasi quad-core 2.33GHz Q8200S yang dilengkapi dengan memori sebesar 4 GB. Untuk model terakhir ini dibanderol dengan harga 649 pound.

Selain dibuat dari bahan ramah lingkungan, konsumsi energi komputer ini tergolong kecil yakni 31-32 watt. Bahkan model ketiga lebih irit, karena hanya memakan energi sebesar 24 watt.

Ketiga model akan dilengkapi dengan perangan lunak Windows 7 edisi bisnis. Bagi mereka yang berminat, Broadlife mulai dipasarkan pada 22 Oktober mendatang.


 sumber :http://tekno.liputan6.com/berita/200910/246776/Komputer.Mini.Ramah.Lingkungan.Siap.Ramaikan.Pasar

Rabu, 14 April 2010

Keuntungan dan Kesulitan Penerapan Peer to Peer

Keuntungan

Desentralisasi jaringan P2P memiliki keuntungan yang lebih dibandingkan dengan jaringan klien-server tradisional. Jaringan P2P menyeimbangkan diri secara terus menerus tanpa menambah waktu pencarian alamat panggilan dan tanpa harus menggunakan suatu sumber-sumber terpusat. Mereka memanfaatkan mesin –mesin perangkat yang digunakan pengguna-akhir (end users) karena sumber-sumber ini selalu berjalan ke arah proporsi tujuan jaringan. Setiap penambahan ujung baru pada jaringan menambah potensi lebih pemrosesan yang lebih kuat dan bandwith yang lebih besar untuk jaringan tersebut. Ditambah lagi, karena sumber-sumbernya terdesentralisasi, generasi kedua (2G) dari jaringan P2P telah berhasil secara virtual mengeliminasi seluruh biaya yang berhubungan dengan infrastruktur terpusat yang besar.

Kesulitan

Pada penerapan teknologi telephony P2P dimana Telephony berbasis internet –VoIP (Voice over IP : suara melalui protokol internet) telah ada selama bertahun-tahun namun tidak pernah menyentuh pasar besar karena: • Kualitas yang buruk dari produk-produk yang jelas-jelas menguntungkan dari segi biaya (jauh lebih hemat) dibandingkan dari penggunaan telepon biasa. • Frekuensi keberhasilan panggilan telpon rendah karena terhalang oleh firewall-firewall dan penggunakan NAT (Network Address Translation) atau pencarian jaringan yang dituju, dimana hal ini menyebabkan 50% komputer-komputer rumah gagal terhubung dengan perangkat lunak VoIP tradisional). • Penggunaan dan pemasangan perangkat lunak ini penuh dijejali oleh berbagai hal dan membutuhkan konfigurasi yang tidak mudah dan sedikit kemampuan teknis. Pemusatan aktivitas dapat menyelesaikan beberapa kesulitan ini dengan mengarahkan panggilan melalui firewall-firewall dan NAT yang ada. Namun, bila ada pemusatan maka biaya untuk menjalankan jaringan menjadi naik mendekati jumlah biaya yang dikenakan jaringan telpon yang sudah ada. Sebagai tambahan, biaya ini bertambah secara proporsional sebanding dengan bertambahnya pengguna. Dampaknya perusahaan-perusahaan yang mengoperasikan jasa ini biasanya mengalokasikan sumberdaya yang sedikit pada servernya untuk satuan pengguna, dimana hal ini secara serius mengurangi kualitas panggilan.

 sumber : wikipedia

Perkembangan Peer to Peer

P2P merupakan singkatan dari Peer-to-Peer (bahasa Inggris) atau teknologi dari “ujung” ke “ujung” pertama kali di luncurkan dan dipopulerkan oleh aplikasi-aplikasi “berbagi-berkas” (file sharing) seperti Napster dan KaZaA. Pada konteks ini teknologi P2P memungkinkan para pengguna untuk berbagi, mencari dan mengunduh berkas.
Sistem P2P yang sebenarnya adalah suatu sistem yang tidak hanya menghubungkan “ujung” satu dengan lainnya, namun ujung-ujung ini saling berhubungan secara dinamis dan berpartisipasi dalam mengarahkan lalu lintas komunikasi informasi-, pemrosesan-, dan penugasan pembagian bandwidth yang intensif, dimana bila sistem ini tidak ada, tugas-tugas ini biasanya diemban oleh server pusat.
Aplikasi P2P yang sebenarnya memerlukan satuan tim-tim kecil dengan ide cemerlang untuk mengembangkan perangkat lunak dan bisnis-bisnis yang mungkin dilakukan oleh perangkat tersebut – dan mungkin saja bisa membuat perusahaan besar yang sudah ada gulung tikar. P2P yang sebenarnya, bila diaplikasikan pada pasar yang sudah matang dan stabil adalah teknologi yang "mengganggu".
Ide mengenai konsep ini muncul kira-kira pada akhir dekade 1980-an, ketika jaringan komputer dan tentunya juga komputer telah mulai masuk ke dalam salah satu barang wajib dalam perusahaan, baik itu perusahaan kecil maupun besar. Tetapi, arsitektur ini berkembang dalam jaringan yang terlalu kecil untuk memiliki sebuah server yang terdedikasi, sehingga setiap komputer klien pun menyediakan layanan untuk berbagi data untuk melakukan kolaborasi antara pengguna.
Jaringan peer-to-peer pun mulai banyak digemari ketika Microsoft merilis sistem operasi Windows for Workgroups, meski sebelumnya sistem operasi MS-DOS (atau IBM PC-DOS) dengan perangkat MS-NET (atau PC-NET) juga dapat digunakan untuk tujuan ini. Karakteristik kunci jaringan tersebut adalah dalam jaringan ini tidak terdapat sebuah server pusat yang mengatur klien-klien, karena memang setiap komputer bertindak sebagai server untuk komputer klien lainnya. Sistem keamanan yang ditawarkan oleh metode ini terbilang lebih rendah dibandingkan dengan metode klien/server dan manajemen terhadapnya pun menjadi relatif lebih rumit.
Konsep ini pun kemudian berevolusi pada beberapa tahun terakhir, khususnya ketika jaringan Internet menjadi jaringan yang sangat besar. Hal ini mulai muncul kira-kira pada akhir dekade 1990-an, di saat banyak pengguna Internet mengunduh banyak berkas musik mp3 dengan menggunakan metode peer-to-peer dengan menggunakan program Napster yang menuai kritik pedas dari industri musik, seperti halnya Metallica dan banyak lainnya. Napster, pada saat dituntut oleh para pekerja industri musik, dikatakan memiliki anggota lebih dari 20 juta pengguna di seluruh dunia. Selanjutnya beberapa aplikasi juga dibuat dengan menggunakan konsep ini: eDonkey, Kazaa, BitTorrent, dan masih banyak lainnya. Meski banyak aplikasi peer-to-peer ini digunakan oleh pengguna rumahan, ternyata sistem ini juga diminati oleh banyak perusahaan juga.

sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/P2P